selamat malam

Jumat, 01 Juni 2012

LANDASAN TEORI

BAB II
LANDASAN TEORI
Tata kalimat atau sintaksis adalah pengetahuan yang mempelajari tentang dasar-dasar dan proses pembentukan kalimat.
Menurut Keraf (1984:141) kalimat adalah suatu bagian ujaran yang didahului di akhiri oleh kesenyapa,sedangkan intonasinya menunjukan bahwa bagian ujaran itu sudah lengkap.
Di samping itu pula Efendi berpendapat bahwa unsur-unsur kalimat yang digunakan saling berhubungan secara terpadu dan akan mengungkapkan pikiran dan gagasan yang baik pula,(1995 : 198). Dengan demkian untuk mengungkapkan pikiran gagasan dengan baik, maka pengajaran tata kalimat/ sintaksis bahasa Indonesai dapat membantu para siswa untuk lebih memahami sebuah proses komunikasi yang baik secara lisan maupun tulisan, terutama dalam menggunakan kalimat majemuk bahasa indonesia.
Sebelum melangkah lebih jauh perlu dikemukakan beberapa teori atau pendapat para ahli tentang kalimat majemuk. Selanjutnya teori atau pendapat para ahli itu dimanfaatkan sebagai bahan acuan dalam penelitian ini.
Berikut ini akan disampaikan beberapa teori atau pendapat para ahli sehubung dengan judul penelitian.
2.1 Pengertian Kalimat Majemuk
Kalimat Majemuk adalah suatu bentuk kalimat luas sebagai hasil penggabungan atau perluasan kalimat tunggal sehingga pembentuk suatu pola kalimat baru disamping dan pola kalimat yang sudah ada, (Ambary, 1979 : 157).  
Menurut Keraf dalam bukunya yang berjudul tata Bahasa Indonesia (1884 : 167). Kalimat majemuk adalah kalimat tunggal yang bagian-bagiannya diperluas sedemikian rupa, sehingga peluasan itu berbentuk satu atau lebih pola kalimat yang baru disamping pola yang sudah ada.
Contoh : Anak itu menendang bola.
Anak yang kau sebutkan kemarin itu menendang bola.
Di tambahkan pula bahwa kalimat majemuk adalah pengabungan dari dua kalimat atau lebih, sehingga kalimat yang baru itu mengandung dua pola kalimat atau lebih.
Contoh : Ayah menulis surat
Adik berdiri disampingnya.
Ayah menulis surat, sambil adik berdiri disampingnya. 
Menurut Sitindaon bahwa kalimat majemuk adalah kalimat yang mengandung lebih dari satu pola kalimat (1984 : 119).
N. Sudarjat juga menyinggung kalimat majemuk dalam bukunya, Ringkasan Bahasa Indonesia bahwa kalimat majemuk yaitu kalimat yang merupakan gabungan beberapa kalimat, tersusun setara atau rapatan, (1981 : 108).
Dari beberapa pengertian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kalimat majemuk adalah suatu bentuk kalimat luas yang merupakan hasil penggabungan dari perluasan kalimat tunggal, sehingga bentuk satu atau lebih kalimat yang baru di samping pola kalimat yang sudah ada. Bertolak dari pengertian di atas maka dapat diasumsikan bahwa penguasan kalimat majemuk sangat penting untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan keterampilan berbahasa terutama untuk menyampaikan perasaan dari pikiran kepada orang lain baik secara lisan maupun tulisan.
2.2 Kalimat Majemuk Bahasa Indonesia
Dalam mengadakan klasifikasi kalimat majemuk dasar yang digunakan adalah melihat hubungan antara pola-pola yang membina kalimat-kalimat majemuk tersebut.
Hubungan pola-pola kalimat dalam sebuah kalimat majemuk dapat bersifat:
a.    Sederajat (koordinatif)
Kedudukan kalimat-kalimat sama tinggi, tidak ada pola kalimat yang menduduku suatu fungsi dari pola yang lain
b.    Bertingkat (subordinatif)
Hungan antara pola-pola kalimat itu tidak sederajat karena ada pola kalimat yang menduduki suatu fungsi dari pola yang lain.
c.    Campuran/ kompleks
Hubungan antara pola-pola kalimat itu dapat sederajat (koordinatif) dan bertingkat (subordinatif).
Hubungan ini terjadi kalau dalam kalimat majemuk itu dapat paling kurang tiga pola kalimat. Sehingga misalnya terdapat dua pola kalimat yang sederajat, yang lain bertingkat dan atau dengan kata lain ada dua pola kalimat yang menduduki tingkat yang lebih tinggi sedangkan yang lain menduduki tingkat yang lebih rendah, atau sebaliknya, (keraf, 1984: 168).
Dengan merupakan pola-pola kalimat majemuk di atas maka dapat diklasifikasikan bahwa kalimat kalimat majemuk terbagi atas :
a.    Kalimat majemuk setara
b.    Kalimat majemuk rapatan
c.    Kalimat majemuk bertingkat
d.    Kalimat majemuk campuran

2.3 Ciri-Ciri Kalimat Majemuk
Menurut ciri umum kalimat majemuk terdiri atas :
a.    Adanya penggabungan atau perluasan kalimat-kalimat inti
b.    Perluasanya menghasilkan pola kalimat baru
c.    Adanya perubahan perhentian dalan intonasi
d.    Mempunyai subjek (S) predikat (P) lebih dari sebuah.
Contoh :
Ayah/ ingin pergi/ ke surabaya, tetapi ibunya/ tidak mau
S                 P        K            S        P
(Ambary,1979: 157)

2.4 Hungan Antara Kalimat Majemuk

Pembagian kalimat majemuk dilihat dari perjumlahan klausenya. Kalimat tunggal terdiri dari satu klause saja, sedangkan kalimat majemuk/ luas yaitu kalimat yang terdiri atas lebih dari satu klausenya. 
Kedua klause atau lebih dalam kalimat majemuk mempunyai hubungan.Hubungan grametikal antara klause ini bisa eksplisit dan juga inplisit.
Eksplisit artinya ada konjungsinya, sedangkan inplisit artinya tidak ada konjungsi hanya tanda baca dalam bahasa tulis, atau unsur dalam bahasa lisan, (Karjasudjana, 1979: 79).
A.    Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara adalah kalimat yang pola-polanya memiliki kedudukan yang sederajat/ seharkat, tidak ada pola kalimat yang menduduki suatu fungsi lebih tinggi dari pola yang sudah ada, (Keraf, 1991: 200).
Kalimat-kalimat dasar dalam kalimat majemuk ini, masing-masing dapat berdiri sendiri yang satu tidak bergantung kepada yang lain, baik struktur maupun maknanya, struktur kalimat yang di dalam terdapat sekurang-kurangnya dua kalimat dasar dan masing-masing dapat berdiri sebagai kalimat tunggal tersebut kalimat majemuk setara (koordinatif). (Sugono, 1997: 141).
Contoh :  saya datang/ dia pergi
Contoh : ayah/ berangkat/ kekantor dan ibu/ pergi/ ke pasar
          S          P         K          S       P            K
Cirinya : a. Kedudukan pola-pola kalimat sama sederajat
b. Penggabungan disertai perubahan intonasi
c. Berkata tugas/ penghubung, pembeda sifat kesetaraan.
d. Pola umum uraian jabatan kata S P + S P.

Melihat hubungan kesetaraannya, kalimat majemuksetara terbagi atas:
1.    Kalimat majemuk penambahan/penjumlahan (Setara Sejalan).

Kalimat majemuk yang meyatakan hubungan penjumlahan/penambahan atau aditif disebut kalimat majemuk, (Sugono, 1997: 143).

Ciri : a. Intonasi disertai keseyapan antara.
         b. Berkata tugas/penghubung atau : dan disertai, lagi, dan lagi pula.

Contoh : - Anak / itu meniup / seruling dan teman-temannya / menyanyi.             S         P            O         S                            P
                                         

-    Mereka / mendekati/ anak/ itu bernyanyi/    bersama
    S        P       S                   P         K
(Keraf, 1984: 167)
2.    Kalimat Majemuk Pemilihan
Kalimat majemuk ini ditandai oleh konjungsi atau, jika isi pemilihan hanya dua (kalimat dasar), digunakan konjungsi atau diantara dua pilihan itu dan disertai dengan tanda koma. Hungan pemilihan itu dapat juga dinyatakan dengan apa (kah).
Cirinya     : a. Adanya kesenyapan antara dalam intonasi.
b. Pengunaan kata tugas: atau, apa (kah), baik.....maupun;bukan....bukan.
Contoh       : - Dia ingin melanjutkan ke UT atau kuliah di perguruan tinggi swasta yang baik.
-    Hasil ujian saya kirim lewat pos, atau kah kamu ambil di seketariat rayon
(Sugono, 1997: 144)
3.    Kalimat majemuk urutan
Kalimat majemuk ini di tandai oleh konjungsi, antara lain, lalu lantas terus dan kemudian. Kalimat majemuk yang menggunakan kata-kata penghubung itu menyatakan hubungan peristiwa. Meskipun konjungsi itu merupak pembatas kalimat dasar satu dengan kalimat dasar yang lain.
Contoh :
-    Beberapa kali mereka melancarkan tembakan, lantas anggota pasukan yang menuju perbatasan. (Sugono, 1997: 146)
4.    Kalimat majemuk hungan perlawanan
Kalimat majemuk ini ditandai oleh konjungsi, antara lain, tetapi, melaikan dan sedangkan konjungsi-konjungsi itu menyatakan hubungan perlawanan antara kalimat dasar yan g satu dengan kalimat dasar yang lain dalam sebuah kalimat majemuk.
Cirinya : a. Adanya kesenyapan antara dalam intonasi.
Contoh : - Adiknya/ pandai/ tetapi kakaknya/ bodoh.
            S     P         S         P
5.    Kalimat majemuk hungan sebab.
Cirinya     : a. Adanya kesenyapan antara dalam intonasi
b. Menggunakan kata tugas/ penghubung atau konjungsi sebab, karena.
Contoh     : - Budi/ tidak masuk/ sekolah, sebab itu pelajarannya
             S       P          O            S
/ tertinggal
                  P
B.    Kalimat Majemuk Rapatan
Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat majemuk setara yang bagian-bagiannya di harapkan, karena kata-kata/ frase dalam kalimat tersebut menduduki jabatan yang sama.
Perapatannya di peroleh dengan menghilangkan (mengelipkan) unsur-unsur yang sama. Hampr semua bagian jabatan kata dalam kalimat majemuk setara dapat dirapatkan, misalnya S, P, O, dan macam-macam keterangan (K). Dengan merapatkan bagian-bagian kalimat tersebut diperoleh kalimat gabung/ majemuk yang efektif dan jelas serta tegas.
1.    Rapatan sama Subjek (S).
Contoh  :1.  Sawah itu/ subur
            S            P
                   Sawah itu/ luas
            S            P
                  Sawah itu/ subur/ dan luas
             S              P            S
2.    Rapatan Sama Predikat (P)
Contoh  : 1. Makanan ini/ lezat
                      S            P
                 Minuman ini/ lezat
                   S             P
            Makanan/ dan minuman ini/ lezat
                   S                S                   P
3.    Rapatan Sama Objek Penderita
Contoh  : 1. Aku/ hanya menangkap/ burung itu
                     S              O                        O
                Ia/ menyembeli/ burung itu
              S         P            O
             Aku/ hanya menangkap/ burung itu/ dan ia/
    S    P    O    S
 menyembelinya
      P
                


4.    Rapatan Sama Predikat dan Objek Penyerta
Contoh  : 1. Ibu/ memberi/ pengemis/ pakaian
             S      P         O     O
            Ayah/ memberi/ pengemis/ uang
            S       P           O      O
            Ibu/ memberi/ pengemis/ pakaian/ dan ayah/ uang
             S     P            O       O     S            O

5.    Rapatan Sama Keterangan
Contoh : Dalam liburan/ ini saya/ akan bertamasya/ ke Bali
             K.waktu         S         P         K.tempat
 Bila predikat dan objek pebderita sudah merupakan panduan tetap atau ungkapan, tidak dapat dirapatkan.
Misalnya : 
Jodi/ menaruh hati/ dan Deni/ menaruh dendam
S             P         S         P
Kedua kalimat tersebut tidak dapat dirapatkan menjadi
Jodi/ menaruh hati/ dan Deni/ dendam
S         P          S            O
(Ambary, 1983: 171)


C.    Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang terdiri atas dua klause atau lebih yang salah satunya merupakan klause terikat. Dan biasanya kalimat majemuk ini disebut kalimt majemuk subordinaif.
Contoh : ia/ mengakui/ bahwa ia/ jatuh cinta/ kepadaku.
        S     P         S     O
        Ia/ jatuh cinta/ kepadaku
        S     P         S
Klause I : Ia mengakui
Klause II : Ia jatuh cinta kepadaku
Kalimat majemuk bertingkat merupakan kalimat yang terdiri atas minimal satu klause bebas dan satu klause terikat.
Kalimat majemuk setara masing-masing kluasennya berdiri sendiri, sedangkan kalimat majemuk bertingkat/ tidak setara, satu klause merupakan bagian dari klause yang lain an di sebut klause bawahan, (Karjasujan, 1997 : 79).
Atau dengan kata lain kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat tunggal yang bagian-bagiannya diperluas, sehingga perluasan itu membentuk satu atau beberapa kalimat baru, selain pola yang sudah ada. Bagian yang di perluas  disebut anak kalimat, sedangkan bagian yang tetap disaebut induk kalimat. Dan sifat anak kalimat itu menggantikan jabatan kata dalam kalimat tungga, karena itu kedudukan anak kalimat bergantung pada induk kalimat, setara itu sederajat.
Contoh :

-    Karena bahasa indonesaa tidak mudah,/kita harus belajar
 dengan cermat        Anak kalimat (AK)            Induk kalimat (IK)
Menurut Keraf (1984: 169) kalimat mejemuk bertingkat adalah kalimat yang menghubungkan pola-polanya tidak sederajat. Salah satu pola atau lebih menduduki fungsi tertentu dari pola yang lain. Bagian yang lebih tinggi kedudukannya disebut induk kalimat, sedangkan yang lebih rendah kedudukannya disebut anak kalimat.
Berdasarkan perannya, anak kalimat dapat dibedakan atau beberapa jenis. Peran anak kalimat terlihat dari jenis konjungsi yang mendahuluinya. Jenis anak kalimat antara lain:
a.    Anak Kalimat Keterangan Waktu
Anak kalimat ini ditandai dengan konjungsi yang menyatakan waktu seperti ketika, kala, tatkala, saat. Sesaat, sebelum, sesudah dan setelah. Satu kalimat yang mandiri, setelah diawali dngan konjungsi seperti itu, akan turun derajatnya menjadi anak kalimat yang menyatakan waktu. Anak kalimat jenis ini mempunyai dengan yang renggang dari induk kalimat. Oleh karena itu. Anak kalimat ini dapat menempati posisi awal, akhirnya diantara subjek dan predikat, bahkan di antara predikat dan objek.
Contoh :
Ketika memberi keterangan,/ saksi itu meneteskan air mata.
               AK                     IK
b.    Anak Keterangan Sebab
Anak kalimat ini ditandai oleh konjungsi yang menyatakan hubungan sebab, antaralain, sebab, karena, dan lantaran. Konjungsi itu mewakili anak kalimat yang menyatakan keterangan pada induk kalimat di dalam sebuah kalimat majemuk bertingkat. Anak kalimat jenis ini merupakan mempunyai sifat seperti anak kalimat keterangan waktu, yaitu dapat menepati posisi awal, akhir atau di dalam kalimat di antara subjek dan predikat serta diantara predikat dan objek.
Contoh :
-Karena banyak peminat,/ pemerintah akan membangun unit rumah tersusun.
        AK                         IK
c.    Anak Kalimat Keterangan Syarat
Anak kalimat ini ditandai oleh konjungsi yang menyatakan persyaratan. Konjungsi itu diantara lain adalah jika, kalau, apabila, andaikata, danseandainya. Anak kalimat ini mempunyai kebebasan tenpat, dan menempati posisi awal,akhir, diantara subjek dan predikat serta objek.
Contoh :
Jika ingin berasil dengan baik,/ maka harus belajar dengan tekun.
                AK                     IK
d.    Anak Klimat Keterangan Tujuan
Anak kalimat ini ditandai dengan konjungsi yang menyatakan pertalian tujuan. Konjungsi yang digunakan dalam anak kalimat jenis ini antara lain, ialah supaya, agar, untuk guna, dan demi. Anak kalimat ini juga mempunyai kebebasan tempat.
Contoh :
Untuk membantu korban,/ kita telah melakukan berbagai cara.
            AK                     IK
e.    Anak Kalimat Keterangan Cara
Anak kalimat ini ditandai oleh konjungsi yang menyatakan pertalian cara. Konjungsi yang menyatakan pertalian itu, antara ialah dengan, dan dalam. Anak kalimat keterangan cara ini mempunyai kebebasab tempat.
Contoh :
Dengan menurunkan harga beberapa jenis BBM,/ kita berharap kegiatan ekonomi tidak lesu lagi          AK
                IK
f.    Anak Kalimat Keterangan Pewatas
Anak kalimat ini meyertai nomina, baik nomina itu berfungsi sebagai subjek, predikat maupun objek. Ciri penanda anak kalimat ialah konjungsi yang atau kata penduduk itu. Anak kalimat ini berfungsi sebagai pewatas nomina.
Contoh : Orang/ membawa tas itu/ direktur kami
                IK             AK
g.    Anak Kalimat Penganti Nomina
Anak kalimat ini ditandai oleh kata bahwa dan anak kalimat ini dapat menjadi subjek atau objek kalimat transitif.
Contoh :
Bahwa pengurus koperasi harus dibentuk/ sudah dibahas dalam rapat kemarin
    AK    IK


D.    Kalimat Majemuk Campuran / Kompleks
Kalimat majemuk campran atau kompleks adalah kalimat majemuk yang didalamnya terdapat kombinasi kalimat majemuk setara atau rapatan dengan kalimat bertingkat.
Contoh :
1.    Kalimat tunggal
Ketika itu/ aku/ dikejutkan/ oleh haliintar
K.waktu     S      P         O.pelaku
2. Kalimat majemuk campuran/kompleks
Ketika/ayah/ sedang membaca/ dan ibu/ sedang menjahit
           S        P        S        P            
pakaian/aku dikejutkan/ oleh sesuatu/ yang bergemuru/di langit
O        S               P         S         P         K.tempat
Anak kalimat perluasan objek pelaku,(Ambary,1983: 179)   
E.    Teks, Pengukuran dan Penilaian
1.    Teks
Tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut, yang dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-nak lain atau standar yang ditetapkan (Wayan Nurkencana:25)
2.    Pengukuran
Pengukuran adalah proses pengumpulan data secara empiris yang digunakan untuk mengumpulkan informasi yang relevan dengan tujuan yang telah ditentukan(James S Cangelosi, 1995 : 21)
3.    Penilaian
Penilaian adalah suatu keputusan tentang nilai dengan dipengaruhi oleh hasil pengukuran.Penilaian berarti menilai sesuatu sedangkan menilai itu mengandung arti mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan mendasarkan diri atau berpegang pada ukuran baik atau buruk, sehat atau sakit, pandai atau bodoh dll Dalam proses penilaian pada hakekatnya mencakup proses belajar seorang individu dan menyangkut seluruh aspek kepribadian meliputi pengalaman, sikap, minat, kematangan dan pertumbuhan kemampuannya, pendek kata seluruh kondisi kehidupan psikis maupun fisik di dalam situasi dan pada waktu tertentu. (Anas Sudijono.2001:4)

F.    Pembelajaran kalimat majemuk di SMA berdasarkan KTSP
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mata pelajaran bahasa Indonesia di SMA merupakan hasil penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya dan telah diatur dalam undang-undang sistem pendidikan nasional tahun 2003. Dalam ketentuan umum undang-undang sistem pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003 diperoleh penjelasan sebagai berikut.
Pendidikan adalah usaha dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak yang mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara. (Depdiknas, 2004:1)
















DAFTAR PUSTAKA
Ambary, Abdullah . 1983. Inti Sari Bahasa Indonesia . Bandung : Angkasa
Badudu,J.S.1994. Pintar berbahsa Indonesia . jakarta : Balai pustaka
Keraf, Gory. 1984. Tata Bahasa Indonesia . Flores : Nusa Indah
              ,  1991. Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesia.
 Ende : Nusa Indah
Karjasujana, P. D. 1997. Kebahasaan dan Membaca dalam Bahasa Indonesia
Jakarta : Depdikbud
Sugono, Dendy. 1997. Berbahasa Indonesia dengan benar. Jakarta : puspa Swara


TUGAS: STUDI MANDIRI
PENGUASAAN KALIMAT MAJEMUK BAHASA INDONESIA
SISWA KELAS III SMA NEGERI 3 KENDARI


OLEH :
NI WAYAN SRI YULIATI
A2D1 09 023
KELAS (A) EKSTENSI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANJURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI INDONESIA DAN DAERAH
UNIVERSITAS HALUOLE
KENDARI
2012





Tidak ada komentar:

Posting Komentar